Senin, 15 Agustus 2011

'semar,gareng,petruk,bagong'

Semar, nama tokoh ini berasal dari bahasa arab
Ismar. Dalam lidah jawa kata Is- biasanya dibaca
Se-. Contohnya seperti Istambul menjadi
Setambul. Ismar berarti paku. Tokoh ini dijadikan
pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran
yang ada atau sebagai advicer dalam mencari
kebenaran terhadap segala masalah. Agama
adalah pengokoh/pedoman hidup manusia.
Semar dengan demikian juga adalah simbolisasi
dari agama sebagai prinsip hidup setiap umat
beragama.
Nala Gareng, juga diadaptasi dari kata arab
Naala Qariin. Dalam pengucapan lidah jawa, kata
Naala Qariin menjadi Nala Gareng. Kata ini berarti
memperoleh banyak teman, ini sesuai dengan
dakwah para aulia sebagai juru dakwah untuk
memperoleh sebanyak-banyaknya teman (umat)
agar kembali ke jalan Allah SWT dengan sikap arif
dan harapan yang baik.
Petruk, diadaptasi dari kata Fatruk. Kata ini
merupakan kata pangkal dari sebuah wejangan
(petuah) tasawuf yang berbunyi: Fat-ruk kulla
maa siwalLaahi, yang artinya: tinggalkan semua
apapun yang selain Allah. Wejangan tersebut
kemudian menjadi watak para aulia dan mubaligh
pada waktu itu. Petruk juga sering disebut
Kanthong Bolong artinya kantong yang
berlubang. Maknanya bahwa, setiap manusia
harus menzakatkan hartanya dan menyerahkan
jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas,
seperti berlubangnya kantong yang tanpa
penghalang.
Bagong, berasal dari kata Baghaa yang berarti
berontak. Yaitu berontak terhadap kebathilan dan
keangkaramurkaan. Si “Bayangan Semar” ini
karakternya lancang dan suka berlagak bodoh.
Secara umum, Panakawan melambangkan orang
kebanyakan. Karakternya mengindikasikan
bermacam-macam peran, seperti penghibur,
kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan
kebijakan. Para tokoh panakawan juga berfungsi
sebagai pamomong (pengasuh) untuk tokoh
wayang lainnya. Pada dasarnya setiap manusia
umumnya memerlukan pamomong, mengingat
lemahnya manusia, hidupnya perlu orang lain
(makhluk sosial) yang dapat membantunya
mengarahkan atau memberikan saran /
pertimbangan.
Pamomong dapat diartikan pula sebagai guru /
mursyid terhadap salik yang dalam upaya
pencerahan jati diri. Karakter Panakawan
sebenarnya muncul berdasarkan penuturan
Puntadewa / Dharmakusuma (satu-satunya dari
Pandawa yang memeluk Islam) kepada Sunan
Kalijaga dalam komunikasi ghaib sesama aulia.
Dijelaskan juga bahwa selain Semar, para
panakawan yang dinyatakan sebagai anaknya
(Gareng, Petruk dan Bagong) sebenarnya adalah
dari bangsa Jin.
Tokoh Panakawan dimainkan dalam sesi goro-
goro. Pada setiap permulaan permainan wayang
biasanya tidak ada adegan kekerasan antara
tokoh-tokohnya hingga lakon goro-goro
dimainkan. Artinya adalah bahwa jalan kekerasan
adalah alternatif terakhir. Dalam Islam pun, setiap
dakwah yang dilakukan harus menggunakan
tahap-tahap yang sama.
Lakon goro-goro pun menggambarkan atau
membuka semua kesalahan, dari yang samar-
samar menjadi kelihatan jelas sebagaimana
sebuah doa: Allahuma arinal haqa-haqa
warzuknat tibaa wa’arinal bathila-bathila
warzuknat tinaba , artinya: Ya Allah tunjukilah
yang benar kelihatan benar dan berilah kepadaku
kekuatan untuk menjalankannya, dan tunjukillah
yang salah kelihatan salah dan berilah kekuatan
kepadaku untuk menghindarinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar