Sabtu, 13 Agustus 2011

batara guru

Batara Guru
Batara Guru.
Menurut mitologi Jawa, Batara Guru merupakan
Dewa yang merajai kahyangan. Ia merupakan
perwujudan dari dewa Siwa yang mengatur
wahyu, hadiah, dan berbagai ilmu kepada para
tokoh wayang lainnya. Batara Guru mempunyai
sakti (istri) Dewi Uma, dan mempunyai beberapa
anak. Betara Guru merupakan satu-satunya
wayang kulit yang digambarkan dalam posisi
menghadap ke depan, ke arah manusia. Hal ini
apat dilihat dari posisi kakinya. Hanya saja karena
berbentuk wayang, maka ia menghadap ke
samping. Wahana (hewan kendaraan) Batara
Guru adalah sang lembu Nandini.
Mitologi
Betara Guru (Manikmaya) diciptakan dari cahaya
yang gemerlapan oleh Sang Hyang Tunggal,
bersamaan dengan cahaya yang berwarna
kehitam-hitaman yang merupakan asal jadinya
Ismaya ( Semar). Oleh Hyang Tunggal,
diputuskanlah bahwa Manikmaya yang berkuasa
di Suryalaya, sedangkan Ismaya turun ke bumi
untuk mengasuh para Pandawa.
Adapun saat Batara Guru diciptakan, ia merasa
paling sempurna dan tiada cacatnya. Hyang
Tunggal mengetahui perasaan Manikmaya, lalu
Hyang Tunggal bersabda bahwa Manikmaya akan
memiliki cacad berupa lemah di kaki, belang di
leher, bercaling, dan berlengan empat. Batara
Guru amat menyesal mendengar perkataan
Hyang Tunggal, dan sabda beliau betul-betul
terjadi.
Suatu ketika Manikmaya merasa sangat dahaga,
dan ia menemukan telaga. Saat meminum air
telaga itu—yang tidak diketahuinya bahwa air
tersebut beracun—lantas dimuntahkannya
kembali, maka ia mendapat cacad belang di leher.
Saat lahirnya Nabi Isa, Manikmaya juga datang
untuk menyaksikan. Diperhatikannya kalau
manusia ketika lahir amatlah lemah kakinya.
Seketika, kakinya terkena tulah, dan menjadi
lemahlah kaki kiri Manikmaya. Saat ia bertengkar
dengan istrinya Dewi Uma, dikutuknya
Manikmaya oleh Dewi Uma, agar ia bercaling
seperti raksasa, maka bercalinglah Manikmaya.
Sewaktu Manikmaya melihat manusia yang
sedang sembahyang yang bajunya menutupi
tubuhnya, maka tertawalah Manikmaya karena
dikiranya orang itu berlengan empat. Maka
seketika berlengan empatlah Manikmaya. Hal ini
adalah salah satu upaya de-Hinduisasi wayang
dari budaya Jawa yang dilakukan Walisongo
dalam upayanya menggunakan wayang sebagai
sarana penyebaran Islam di Jawa. Contoh lain
adalah penyebutan Drona menjadi Durna (nista),
adanya kisah Yudistira harus menyebut kalimat
syahadat sebelum masuk surga, dan lain-lain.
Keturunan
Berikut adalah urutan anak-anak Batara Guru,
dimulai dari yang paling sulung (menurut tradisi
wayang Jawa):
1. Batara Sambu
2. Batara Brahma
3. Batara Indra
4. Batara Bayu
5. Batara Wisnu
6. Batara Ganesha
7. Batara Kala
8. Hanoman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar