Senin, 01 Agustus 2011

ibnu aroby

TIGA BENTUK PENGETAHUAN
Ibnu al-Arabi dari Spanyol, menginstruksika n
para pengikutnya dalam keputusannya yang paling
kuno ini:
Ada tiga bentuk pengetahuan. Pertama,
pengetahuan kecerdasan otak, yang
sesungguhnya hanyalah keterangan dan kumpulan
kenyataan, dan pemanfaatan sampai pada
pengertian-peng ertian atau rencana para
cendekiawan lebih jauh. Ini disebut ajaran
kecendekiawanan (intelektualism e).
Kedua, pengetahuan tentang keberadaan, meliputi
perasaan yang emosional (renjana) dan
kejanggalan, dimana manusia menganggap bahwa
ia merasakan sesuatu tetapi tidak dapat
memanfaatkannya . Ini disebut (emosionalisme) .
Ketiga, pengetahuan sejati yang disebut
Pengetahuan atas Realitas. Pada bentuk ini,
manusia dapat merasakan apa yang benar, sejati,
melampaui batas-batas pemikiran dan perasaan.
Para sarjana dan ilmuwan terpusat pada bentuk
pertama pengetahuan. Kaum emosionalis dan
eksperimentalis menggunakan bentuk kedua.
Lainnya memadukan keduanya, atau
memanfaatkan salah satu sebagai pilihan.
Tetapi mereka yang mencapai kebenaran, adalah
mereka yang tahu bagaimana menghubungkan
dirinya sendiri dengan realitas berada di dua bentuk
pengetahuan tersebut. Mereka inilah kaum Sufi
sejati, kaum Darwis dan mengalami Pencapaian.
KEBENARAN
Ia telah membingungkan semua orang yang
belajar Islam,
Setiap orang yang mempelajari Mazmur,
Setiap Rabbi Yahudi,
Setiap pendeta Kristen.
CINTA YANG LEBIH TINGGI
Pecinta awam memuja gejala kedua.
Aku mencintai Yang Sejati.
CINTA YANG KHUSUS
Ketika bulan penuh muncul pada malam hari,
menampakkan wajahnya di tengah rambut.
Dari penderitaan muncul gambaran dirinya; tangis
air mata di pipi; seperti bunga bakung hitam
menumpahkan air mata di atas mawar
Kecantikan hanyalah kesunyian: sifatnya lah yang
berlimpah.
Bahkan memikirkan bahaya kehalusannya (kendati
terlalu kasar merasakan dirinya). Jika demikian,
Bagaimana bisa ia terlihat dengan benar oleh alat
tubuh yang janggal seperti mata?
Keajaibannya tak tertangkap nalar. Ia melampaui
aneka penglihatan.
Ketika penjelasan mencoba menjabarkan dirinya, ia
menguasainya.
Kapan pun berupaya, penjelasan menjadi terusir
Karena hal itu seperti mencoba untuk membatasi.
Jika seseorang mencari cita-citanya yang lebih
rendah (untuk merasakan cinta seperti pada
umumnya), selalu ada orang lain yang tidak akan
melakukannya.
PENCAPAIAN SEORANG GURU
Orang berpikir bahwa seorang Syeikh mestinya
menunjukkan keajaiban-keaja iban dan
menunjukkan pencerahan. Syarat seorang guru,
betapapun, hanyalah bahwa ia harus memiliki
semua yang dibutuhkan murid.
WAJAH AGAMA
Sekarang aku disebut rusa di padang pasir,
Sekarang seorang pendeta Kristen,
Sekarang seorang Zoroaster
Kekasih ada Tiga, tetapi Satu:
Yakni tiga dalam kenyataannya satu.
HATIKU DAPAT MENERIMA SEGALA RUPA
Hatiku dapat menerima segala rupa. Hati berubah-
ubah sesuai kesadaran yang paling dalam. Bisa jadi
berbentuk seperti rusa padang rumput, biara para
rahib, patung pemujaan, pengunjung (peziarah)
Ka’bah, Lembaran Taurat untuk ilmu pengetahuan
tertentu, lembaran-lembar an al-Qur’an.
Tugasku adalah hutang terhadap Cinta. Dengan
bebas dan sukarela aku menerima apa pun yang
terlarang untukku. Cinta seperti cinta seorang
kekasih, kecuali sebagai pengganti mencintai gejala,
aku mencintai yang Hakiki. Agama, kewajiban,
adalah milik dan keyakinanku. Tujuan cinta
manusia adalah menunjukkan yang terakhir, cinta
sejati. Inilah cinta yang sadar.
Lainnya adalah jenis yang membuat manusia tidak
menyadari dirinya sendiri.
BELAJAR DENGAN ANALOGI
Ada alasan bahwa Ibnu al-Arabi menolak berbicara
dalam bahasa filosofis dengan setiap orang, bodoh
maupun terpelajar. Dan tampaknya orang-orang
beruntung tetap berteman dengannya. Ia
mengajak bepergian, memberi mereka makan,
menghibur mereka dengan bercerita ratusan
pokok pembicaraan.
Seseorang bertanya kepadanya, “Bagaimana Anda
mengajar apabila Anda tampaknya tidak pernah
memberi pengajaran?”
Ibnu al-Arabi menjawab, “Dengan kias.” Dan ia
menceritakan perumpamaan ini.
Suatu ketika ada seorang laki-laki memendam
uangnya di bawah beberapa pohon demi
keamanan. Ketika ia datang kembali, uangnya
hilang. Seseorang telah membongkar akar dan
membawa emasnya.
Ia kemudian menemui orang bijak dan
menceritakan masalahnya.
“Saya yakin tidak ada harapan lagi menemukan
kembali harta itu.” Orang bijak tersebut
menyarankan agar ia kembali lagi setelah beberapa
hari. Sementara itu, si orang bijak memanggil
semua tabib yang ada di kota, dan bertanya
kepada mereka, apakah pernah memberi resep
obat akar-akaran kepada seseorang. Salah seorang
mengaku telah memberikannya kepada seorang
pasien. Maka dipanggillah pasien tersebut, dan
ternyata ia adalah pemilik uang itu sendiri. Ia
mengambil barang tersebut dan
mengembalikanny a kepada pemilik sebenarnya.
“Dengan cara yang sama,” ujar Ibnu al-Arabi,
“Kutemukan apa keinginan murid yang
sesungguhnya, dan bagaimana ia dapat belajar.
Dan kuajarkan.”
ORANG YANG MENGETAHUI
Seorang Sufi yang mengetahui Kebenaran Abadi,
bertindak dan berbicara dengan
mempertimbangka n pemahaman, keterbatasan
dan prasangka dominan yang tersembunyi pada
pendengarnya. Bagi Sufi, beribadat berarti
pengetahuan. Melalui pengetahuan ia memperoleh
penglihatan.
Sufi meninggalkan tiga ‘aku’. Ia tidak mengatakan
‘untukku’, ‘denganku’ atau ‘milikku’. Ia tidak boleh
menghubungkan segala sesuatu dengan dirinya.
Sesuatu yang tersembunyi dalam tempurung tak
berguna. Kita sekadar mencari sasaran yang
kurang layak, dengan tidak memperhatikan nilai tak
terbatas yang sangat berharga.
Makna kemampuan menafsir adalah, bahwa
seseorang dapat dengan mudah membaca
sesuatu yang dikatakan oleh orang bijak dalam dua
cara yang amat berlainan.
MENYIMPANG DARI JALAN BENAR
Siapa pun yang menyimpang dari peraturan Sufi,
tidak akan memperoleh sesuatu yang bermanfaat;
kendati ia mempunyai nama baik di mata
masyarakat yang menggema (hingga) ke firdaus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar