Jumat, 12 Agustus 2011

mapag sri

“Mapag Sri”, Syukuran
Hasil Panen di Cirebon
CIREBON, KOMPAS.com–Tradisi tahunan warga
Desa Ujunggebang, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Cirebon, menggelar upacara adat
“Mapag Sri” setiap menjelang musim panen
sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan
atas hasil panen musim kali ini.
Para petani desa tersebut turun ke jalan berpesta
merayakan upacara “Mapag Sri” ini dengan
menggelar arak-arakan yang menampilkan hasil
panen sawah mereka, Jumat.
Kuwu (Kepala Desa) Desa Ujunggebang Tarudin,
mengatakan meski hasil panen kali ini menurun
karena serangan hama wereng namun upacara
adat tersebut tetap digelar walau dengan berbagai
keterbatasan.
“Meski dengan keterbatasan dana, cukup dengan
mengandalkan kreativitas warga Alhamdulillah
upacara adat ini bisa terlaksana dan mendapat
sambuatan luar biasa dari masyarakat,” ujar
Tarudin.
Upacara adat “Mapag Sri” diawali dengan arak-
arakan dua calon “mempelai” pria putra Kuwu
Ujunggebang dari kediaman kuwu tersebut
menuju kediaman dua putri juru kunci makam
keramat desa setempat untuk dikawinkan.
Namun kedua pasangan mempelai tersebut
bukan laiknya calon pengantin berwujud manusia
pada umumnya, melainkan berbentuk “golek”
atau boneka kayu yang didandani seperti
pengantin.
Perjalanan dua mempelai pria menuju rumah
juru kunci ini diantar oleh ribuan warga desa
yang ingin menyaksikan prosesi lamaran.
Layaknya perkawinan manusia sungguhan,
kedua pasang pengantin “golek” ini dikawinkan
oleh seorang penghulu desa sedangkan wali dari
mempelai wanita adalah “kuncen” (juru kunci)
makam keramat Buyut Nyi Mas Junti dan nyi Mas
Kejaksan yang ada di desa tersebut.
Setelah prosesi pernikahan selesai, dua pasang
pengantin berwujud boneka ini pun diarak keliling
desa.
Mengawali perjalanannya dari rumah Kuwu
Ujunggebang, dua pasang pengantin golek ini
diarak sambil diikuti oleh penampilan kreasi warga
berupa replika berbagai jenis binatang seperti
ikan, naga dan burung raksasa yang diiringi
musik dan kesenian tradisional serta atraksi
akrobat yang menghibur menuju komplek
makam keramat desa setempat.
Peserta arak-arakan adalah warga masyarakat di
13 blok yang ada di Desa Ujunggebang. Arak-
arakan yang sebagian besar diikuti oleh para
pemuda desa tersebut menampilkan sejumlah
kreasinya di antaranya seorang pemuda dengan
dandanan mirip “limbad” lengkap dengan burung
hantu kertas atau orang dewasa yang didandani
seperti bayi yang dilengkapi dot raksasa.
Penampilan para pemuda desa ini cukup
menghibur dan mengundang gelak tawa warga
yang dilalui oleh arak-arakan.
Bahkan Camat Susukan, Sudarjo Adam
berpendapat pesta rakyat tersebut bisa dijadikan
ajang silaturahmi antarwarga sehingga semakin
mempererat tali persaudaraan dan keakraban
warganya.
“Ini merupakan wisata rakyat yang cukup
menghibur terutama untuk anak-anak dan ibu-ibu
rumah tangga. Dengan adanya kegiatan ini saya
yakin dapat mempererat hubungan kekeluargaan
antarwarga sehingga kebersamaan dan
kerukunan pun dapat terwujud,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar