Minggu, 24 Juli 2011

“Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku.”(berapa lama kita dikubur)

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil
Yani berlari-lari gembira di atas jalanan
menyeberangi kawasan lampu merah Karet.
Baju merahnya yg Kebesaran melambai
Lambai di tiup angin. Tangan kanannya
memegang Es krim sambil sesekali
mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi,
sementara tangan kirinya mencengkram
Ikatan sabuk celana ayahnya.
Yani dan Ayahnya memasuki wilayah
pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke
kanan & kemudian duduk Di atas seonggok
nisan “Hj Rajawali binti Muhammad
19-10-1915 : 20- 01-1965 “
“Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo’a
untuk nenekmu” Yani melihat wajah ayahnya,
lalu menirukan tangan ayahnya yg
mengangkat ke atas dan ikut memejamkan
mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan
ayahnya berdo’a untuk Neneknya.
“Ayah, nenek waktu meninggal umur 50
tahun ya Yah.” Ayahnya mengangguk
sembari tersenyum, sembari memandang
pusara Ibu-nya.
“Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42
tahun ya Yah.” Kata Yani berlagak sambil
matanya menerawang dan jarinya berhitung.
“Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun.

Yani memutar kepalanya, memandang
sekeliling, banyak kuburan di sana . Di
samping kuburan neneknya ada kuburan tua
berlumut “Muhammad Zaini: 19-02-1882 :
30-01-1910″
“Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106
tahun yang lalu ya Yah”, jarinya menunjuk
nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi
ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat
mengelus kepala anak satu-satunya.
“Memangnya kenapa ndhuk ?” kata sang ayah
menatap teduh mata anaknya. “Hmmm, ayah
khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati,
lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita
akan disiksa dineraka” kata Yani sambil
meminta persetujuan ayahnya. “Iya kan yah?”
Ayahnya tersenyum, “Lalu?”
“Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti
nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di
kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti
sudah 42 tahun nenek senang dikubur. Ya
nggak yah?” mata Yani berbinar karena bisa
menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak
keningnya berkerut, tampaknya cemas. “Iya
nak, kamu pintar,” kata ayahnya pendek.
Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak
gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa
yang dikatakan anaknya… 42 tahun hingga
sekarang… kalau kiamat datang 100 tahun
lagi…142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur
…. Lalu Ia menunduk … Meneteskan air mata…
Kalau Ia meninggal, lalu banyak dosanya, lalu
kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan
disiksa 1000 tahun?
Innalillaahi WA inna ilaihi rooji’un. Air matanya
semakin banyak menetes, sanggupkah ia
selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun
ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000
tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur.
Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih
parah lagi?
Tahankah? padahal melihat adegan preman
dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak
tahan?
Ya Allah, Ia semakin menunduk, tangannya
terangkat, keatas bahunya naik turun tak
teratur, air matanya semakin membanjiri
jenggotnya.
Allahumma as aluka khusnul khootimah,
berulang Kali di bacanya DOA itu hingga
suaranya serak. Dan ia berhenti sejenak ketika
terdengar ba tuk Yani.
Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan
Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus
tertidur. tanpa tahu, betapa sang bapak sangat
berterima kasih padanya karena telah
menyadarkannya arti sebuah kehidupan. Dan
apa yang akan datang di depannya.
“Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku,
jangan Kau letakkan dihatiku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar