Sabtu, 23 Juli 2011

fenomena fasbuk

ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
Bismillahirrahmanirrahim……
Dgn menyebut nama Allah Yg Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang
Suatu ketika selepas Ashar di Masjid Al
Hikam. Di salah satu pojok masjid tersebut
terdapat Ranid dengan dua orang temannya
yakni Ahmad dan Ilmi yang terlihat sedang
mendiskusikan sesuatu. Kali ini tema yang
diangkat seputar masalah I’jazul Quran
(Mukjizat Al Quran). Diskusi yang berjalan
cukup santai namun sarat akan ilmu.
Ahmad adalah seorang mahasiswa salah
satu PTS di Jakarta dengan program studi
Matematika. Seorang calon pengabdi
masyarakat dengan ilmunya. Ahmad selalu
berupaya mengaitkan Al-Qur’an dengan
bidang studinya matematika. Ahmad sering
berkutat dengan angka-angka dalam Al-
Qur’an.
Ahmad pun memulai diskusi. “Subhanallah
alquran itu bener-bener mukjizat. gw
pernah baca di Internet bahwa ternyata kata
Yaum (hari) di dalam alquran sebanyak 365
kata sama seperti jumlah hari dalam satu
tahun, kata syahr (bulan) disebutin 12 kali
sama kayak jumlah bulan dalam satu tahun,
sab’u (minggu) disebutin 7 kali sama dengan
jumlah hari per minggu. Belum lagi kata-
kata yang berlawan kata. Misalnya ad dunya
115 kali, al akhiroh juga 115 kali. Malaikat 88
kali sedangkan asy syayathin 88 kali juga.
Al hayat 145 kali begitupun dengan Al Maut
yang juga 145 kali. Belum lag i angka 19
yang disebutin dalam alquran surat Al
Mudatsir ayat 30. Sebetulnya masih banyak
tapi mending antum liat di internet aja nafsi-
nafsi, tinggal tanya mbah google ketik key
word nya keajaiban angka dalam alquran,”
Celoteh Ahmad sekaligus mengakhiri
presentasinya.
Tiba giliran Ranid memaparkan
pengetahuannya seputar masalah mukjizat
Quran. Ranid memang sangat menyenangi
diskusi-diskusi tentang kajian Islam
berhubung program studi Ranid adalah
bahasa Arab yang ia geluti di salah satu
Ma’had Lughoh di Jakarta. Maka ia akan
memaparkan sepengetahuannya tentang
I’jazul Quran dari sudut pandang bahasa.
Setelah mengucapkan basmalah seraya
memuji Allah dengan hamdalah, serta
sholawat kepada Nabi SAW. Ranid pun mulai
berkata “Mumtaz! ustadz Ahmad mantep dah
penjelasannya, giliran ane ya? Gini jadi
mukjizat kalo diliat dari segi bahasa maka
secara sederhana dapat diartikan sebagai
'senjata' untuk melemahkan terhadap
tantangan dakwah yang ada. Contoh di
zaman nabi Musa AS berhubung waktu itu
sihir sedang ngetrend-ngetrendnya maka
Allah kasih mukjizat nabi Musa AS
'menyerupai' sihir, tapi bukan sihir, dengan
tongkatnya yang terkenal. Bisa berubah jadi
ular, ngebelah lautan, dsb. Trus di zaman
nabi Isa AS berhubung waktu itu ilmu
kedokteran lagi maju-majunya maka Allah
kasih kepada nabi Isa AS mukjizat yang
berhubungan dengan dunia pengobatan.
Nah, di zaman Rasul SAW pada masa itu
kaum jahil iyyah terkenal akan syairnya yang
luar biasa Indahnya. Maka Allah pun
memberikan kepada Nabi SAW berupa
alquran sebuah mukjizat yang begitu sangat
tinggi dan sarat akan nilai sastranya.”
Ranid masih melanjutkan pemaparannya
“bahkan Allah nantangin mereka kaum kafir
untuk buat satu surat saja yang semisal
dengan alquran. Coba ente berdua buka Al-
Baqoroh ayat 23
'dan jika kamu meragukan Al-Quran yang
Kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad) maka buatlah satu surat
semisalnya dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah jika kamu orang
yang benar,'
dan dilanjutan ayatnya, bahwa Allah sudah
kasih garansi, mereka pasti gak akan
mampu ngebuatnya. Pernah ada kisah
tentang Musailamah Al-Kadzdzab yang
coba-coba buat alquran tandingan. Salah
satu suratnya niru-niru al-fiil. Dan surat
gadungan itu ditertawakan banyak orang
karena diliat dari sisi bahasa dan maknanya
betul-betul jelek. Dan satu hal lagi cuma
alquran kitab suci yang bisa dihafal oleh
jutaan manusia walaupun manusianya itu
sendiri pun tidak mengetahui arti alquran.
Bahkan uniknya juga, hafalannya tersebut
lengkap sampai titik dan komanya.
Subhanallah maha benar Allah dalam
firmanNya 'dan sungguh Kami mudahkan Al-
Quran untuk peringatan' Al-Qomar ayat 17,”
Ranid pun mengakhiri makalah yang
dibawakannya.
Selanjutnya giliran Ilmi yang mendapat
giliran menjelaskan mukjizat quran
berdasarkan studi yang ia geluti. Ilmi adalah
seorang mahasiswa IT di salah satu PTS di
Jakarta. Berbeda dengan kedua orang
sahabatnya tadi, Ikhwan lajang ini tengah
mengerjakan tugas akhir dalam
perkuliahannya. Hal ini dikarenakan Ilmi
terlebih dahulu kuliah selepas SMA daripada
Ahmad dan Ranid yang sempat menunda
jenjang akademisnya.
Lengkap dengan stelan kacamata khas para
hacker di film Hollywood, Ilmi pun memulai
pembicaraannya. “sebenernya ane belum
mau mengatakan ini mukjizat atau gak?
terus terang ane gak berani. Tapi salah satu
point yang pernah ane dengar dalam
seminar Qur’an bahwa kenapa Qur’an
disebut mukjizat tak lain dan tak bukan
adalah karena kebenarannya dalam
'meramal' masa depan. Betul gak Ran?” Ilmi
bertanya pada Ranid. Ranid pun mengiyakan
pernyataan Ilmi dengan menganggukan
kepala, seolah tak mau kehilangan
pemaparan dari Ilmi sahabatnya.
Ilmi melanjutkan “surat al-lahab contohnya,
di situ Allah memastikan bahwa Abu Lahab
bakalan tetep kafir dan masuk neraka. Dan
ketika surat itu turun di Mekkah, Abu Lahab
ternyata masih hidup. Sekarang coba antum
bayangin kalo seandainya Abu Lahab itu
tergerak hatinya untuk masuk Islam atau
pun pura-pura masuk Islam maka Al-Quran
akan dipertanyakan kebenarannya dari dulu
sampai sekarang. Ataupun di surat Ar-Rum
di situ dijelaskan bahwa Romawi bakalan
menang melawan Persia. Dan itu
subhanallah terjadi beberapa tahun
kemudian. Setelah pada peperangan yang
sebelumnya Romawi kalah maka pada
peperangan selanjutnya Romawi menang
telak.
Dan satu lagi peristiwa fathul Mekkah di
surat Al-Fath. Allah memastikan kaum
Muslimin akan memasuki Mekkah setelah
sekian lama hijrah ke Madinah. Dan
subhanallah hal itu terbukti.”
Fenomena "Al-Fisbukiyyah" dalam Al-Qur'an
“Ah itu mah dari aspek sejarah Mi, coba dari
aspek IT sesuai sama studi ente?” Tanya
Ranid seolah menantang Ilmi. “Weitss,
tenang-tenang ane kan belum selesai
jelasinnya, ana lanjut ya!” Jawab Ilmi. “Nah
berhubung tadi ane bilang ana gak berani
nyebut ini mukjizat atau nggak, maka ane
akan bilang ini kehebatan Quran.” Ilmi
masih melanjutkan, sementara kedua
rekannya Ahmad dan Ranid masih terus
diam dan menyimak kata per kata yang akan
terlontar dari mulut Ilmi. “ente berdua tau
gak, bahwa sejak 1400 tahun yang lalu
alquran sudah menyinggung tentang
Facebook dan kawan-kawannya?!” Ahmad
sang Cagur (Calon Guru) tertegun diiringi
dengan tertawa kecil seolah tak percaya
statmen Ilmi. Lain lagi dengan Ranid yang
masih berpikir dan mencari-cari bahwa
apakah benar kata Facebook ada di dalam
alquran. Dengan mencoba mentashrif pola-
pola fi’il.
Ilmi meneruskan kembali pemaparannya
“Ahmad, coba ente berdua buka surat Al-
Ma’arij ayat 19-21
"'Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka
mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia
berkeluh kesah. Dan apabila mendapat
kebaikan dia jadi kikir.'
Ayat ini menjelaskan fenomena jama’ah
"Al-Fisbukiyyah" secara umum. Coba ente-
ente liat wirid-wirid mereka.
Kebanyakan isinya keluh kesah. Temanya
udah mirip sinetron mendayu-dayu sampai
bikin air mata keluar. Sakit dari mulai bisul,
cantengan, jerawat, sampai ayan di update
di status. Cuaca juga gak ketinggalan.
Dikasih hujan, ngeluh gak bisa kemana-
mana. Dikasih panas ngeluh kepanasan.
Segala maksiat juga disebarin di muka
umum. Masalah duit abis, rezeki seret terus
dan terus di suguhkan. Ibadah juga ada
beberapa yang dipublikasikan puasa,
sedekah, tapi alhamdulillah ane belum
menemukan ada orang yang lagi sholat
update status 'lagi roka’at dua nih'
naudzubillah kalo sampai ada!” canda Ilmi.
Ahmad dan Ranid pun tertawa dan
mengaminkan ucapan Ilmi. “Terus di ayat
setelahnya dikatakan 'apabila dapat
kebaikan maka ia kikir.' Ane rasa betul ayat
tersebut. Coba ente berdua hitung ada
beberapa orang yang update status semisal
alhamdulillah dapet rezeki, buat yang mau
ditraktir harap tunggu di depan masjid. Kira-
kira ada gak status kayak gitu. Giliran dapat
rezeki yang melimpah pada pelit gak mau
orang lain pada tau, tapi giliran ditimpa
musibah di share kemana-mana.”
“Ah, lo iri aja kali jangan sok jaim deh?!”
Kali ini Ahmad yang bertanya kepada Ilmi.
Ilmi pun menjawab “ane rasa jaim itu perlu,
dalam konteks JAIM, Jaga-Iman berkaitan
dengan hal malu, ane tidak mengharamkan
update status, akan tetapi alangkah baiknya
update-nya itu yang baik-baik pokoknya
temanya mengajak kebaikan dari quran,
hadits, sahabat, ataupun salafush sholih.
Inget akh dalam hadits riwayat Bukhori
dikatakan Jika kamu tidak malu, maka
berbuatlah sesukamu. Ulama bilang bahwa
jika kita udah gak malu sama Allah dan tidak
merasa diawasinya maka tunaikan saja
hawa nafsumu dan lakukan apa yang kau
inginkan.” Jawab Ilmi.
Ranid tak menyangka sahabatnya Ilmi dapat
menarik dan mengaitkan surat Al-Ma’arij
ayat 20-22 dengan fenomena Facebookers
yang bergentayangan di dunia maya.
Alhamdulillah bertambah satu lagi
pengetahuan Ranid pada hari itu. Sungguh
Ranid sejatinya sudah sering membaca atau
bahkan menghafalkan surat ini. Namun
dikarenakan kurang men-tadabbur-i ayat ini
maka alangkah kagetnya ia mendengarkan
penjelasan yang dipaparkan oleh
sahabatnya Ilmi.
Diskusi kali ini pun berakahir seiring
dikumandangkannya adzan maghrib sebagai
pertanda masuknya waktu sholat maghrib
wAllahu a'lam bisshowab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar