Kamis, 21 Juli 2011

arjawinangun

alam pengembaraannya untuk
mencari dan memperdalam
agama islam, dua orang
Padjajran Raden Walang
Sungsang dan adiknya Nyi
Rarasantang
Sampai ke Mesir menunaikan
ibadah haji. Raden Walang
sungsang pulang ke Cirebon
dengan sebutan Haji Abdullah
Iman, sedangkan Nyi
Rarasantang tetap berada di
Mesir karena telah bersuamikan
Syarif Abdullah seorang Raja
Mesir. Berputra dua oranng yaitu
Syraif Hidayahtullah dan Syarif
Nurullah. Tidak lama kemudian
setelah Syarif Hidayatullah
dilahirakan, ayahandanya wafat.
Menginjak usia dewasa,
Syarif Hidayahtullah berpamitan
kepada ibunya pergi ke Cirebon
sambil mencari guru untuk
memperdalam ajaran Agama
Islam. Di Cirebon bertemu
dengan uwaknya H.Abdullah
Iman atau disebut juga Pangeran
Cakra Buana yang telah memiliki
seorang putri bernama nyi Mas
Pakung wati, dari prnikahannya
dengan Nyai Endang Geulis.
Syarif hidayahtullah dinikahkan
dengan Nyi Mas Pakung wati dan
menduduki Keraton Pakung Wati
dengan gelar Sultan Syarif
Hidayahtullah atas pemberian
nama uaknya P.Cakra Buana.
Belum lama di Cirebon,
Syarif Hidayahtullah pergi
mengembara ke Negri Cina
untuk menuntut ilmu dan
menyebarkan Agama Islam. Di
Negeri Cina Syarif hidayahtullah
sangat dihormati oleh
masyarakat yang didatangi dan
banyak pula yang menganut
Agama Islam. Karena dianggap
orang sakti dan sangat ramah
dengan penduduk.
Pada suatu ketikas tejadi
kebakaran di pembakaran
keramik, di dalam rumah yang
menyala-nyala dilanda api, tak
ada seorangpun yang berani
menyelamatkan bayi yang masih
ada didalamnya. Dengan
tenangnya Syarif Hidayahtullah
masuk untuk menyelamatkan
bayi lewat kobaran api yang
menyala. Bayi dapat
diselamatkan dengan keadaan
segar bugar, begitu pula dengan
Syarif hidayahtullah, pakaiannya
tidak terbakar sedikitpun.
Penduduk terkagum-kagum dan
dianggapnya orang sakti.
Peristiwa itu terdengar
Kaisar Cina yang menjadikan
dirinya gusar dan marah. Maka
dibuatlah tipu muslihat,
diundanglah Syarif Hidayahtullah
ke Istana untuk menebak
apakah putri An Liong Tien
benar-benar mengandung atau
tidak. Dikatakannya oleh Syarif
Hidayahtullah bahwa putri tuan
besar mengandung. Semula
Syarif Hidayahtullah akan
menerima hukuman yang berat
dari kaisar karena diperut Putri
An Liong Tin hanyalah sebuah
bantal belaka yang diletakkan
didalam perutnya, sehingga
persis seprti orang mengandung.
Akan tetapi dalam keputren
seorang emban menjerit-jerit
bahwa Putri An Liong tin benar-
benar mengandung. Setelah
dilihat oleh kaisar benar juga
adanya. Syarif hidayahtullah
menyelinap keluar dari istana
dan kembali ke Cirebon.
Putri An Liong Tin
berpamitan kepada ayahnya
untuk mencari calon suaminya di
Cirebon. Dalam pertemuannya di
gunung jati putri An Liong tin
dinikahi oleh Syarif Hidayahtullah
dan di tempatkan di daerah
Luragung. Putri An Liong Tin
dikenal pula dengan sebutan
Ratu Petis, karena gemar makan
petis.
Ketika Putri An Liong Tin
melahirkan, bayi yang baru
dilahirkan meninggal dunia.
Karena merasa kehilangan, Putri
An Liong Tin mengangkat putra
Ki Gede Luragung bernama Arya
Kemuning, kemudian namanya
menjadi Adipati Arya Kemuning.
Pada saat menginjak usia
dewasa, Dipati Arya Kemuning
yang telah ditinggal ibunya
wafat, pergi ke Gunung Jati
untuk ayahandanya Sultan Syarif
Hidayahtullah. Sulatan Syarif
Hidayatullah menerimanya
dengan suka hati, kemudian
Dipati Arya kemuning ditugaskan
untuk mengundang Suryadarma
di Indramayu agar datang ke
Gunung Jati.
Sekembalinya Arya
Kemuning setelah melaksanakan
amanat ayahandanya,
karenakelelahan, Dipati Arya
Kemuning istirahat untuk
melepaskan lelah. Ditempat
istirahat Dipati Arya Kemuning
itulah sekarang disebutnya Desa
Arjawinangun.
Arjawinangun terdiri dari
dua kata yaitu ARJA dan
WINANGUN. Arja artinya bahagia
dan Winangun artinya
membangun atau telah selesai
melaksanakan tugas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar