Jumat, 22 Juli 2011

putra daerah sosok sederhana itu telah tiada

Sosok Sederhana Itu Telah Tiada
Sunday, 27 February 2011
CIREBON (SINDO) – Maestro tarling Cirebon Abdul
Adjib menghembuskan nafas terakhirnya di
Rumah Sakit Sidawangi Kuningan akibat
komplikasi penyakit yang dideritanya.
Seniman kelahiran Cirebon, 9 Januari 1942, ini
meninggal sekitar pukul 13.00 WIB kemarin,
setelah dirawat selama tiga hari di rumah sakit
tersebut. ”Ayah saya akhirnya berpulang setelah
tiga hari dirawat di Rumah Sakit Sidawangi.
Sebelumnya beliau hampir seminggu dirawat di
RS Gunungjati akibat komplikasi paru-paru dan
jantung,”kata putra almarhum,Yudha Sakti,
kemarin. Dari rumah sakit,jenazah seniman
pencipta lagu Warung Pojok ini langsung dibawa
ke rumah duka di RT 03/03, Jalan
Sukasari,Kelurahan Sukapura, Kecamatan
Kejaksan, Kota Cirebon. Maestro tarling ini
dimakamkan di Desa Buyut,Kecamatan
Gunungjati, Kabupaten Cirebon.
Almarhum Abdul Adjib meninggalkan 13 cucu
dan 9 orang anak yang berasal dari dua istri yaitu
Sumarni dan Uun Kurniasih yang juga seorang
penyanyi tarling Cirebon. Semasa hidupnya,
Abdul Adjib dinilai sangat berjasa dalam
mengangkat seni tarling Cirebon. ”Almarhum
merupakan maestro tarling yang tidak
tergantikan. Beliau juga sangat berjasa dalam
memajukan seni tradisional Cirebon.” ”Khususnya
tarling hingga bisa dikenal di tingkat nasional
bahkan mancanegara,” kata Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon Abidin
Aslichk kemarin. Menurut Abidin, Abdul Adjib
merupakan seniman yang sangat konsisten
dalam melestarikan dan mengembangkan seni
dan kebudayaan asli Cirebon.
”Kami berharap para seniman muda Cirebon bisa
meneladani beliau,” kata Abidin. Seniman Cirebon
Khaerul Iman yang juga sebagai pengamat
budaya mengaku sangat kehilangan salah satu
seniman besar asal Cirebon. ”Abdul Adjib
merupakan seniman yang mengangkat pamor
tarling hingga bisa mendunia dan membuat
Cirebon dikenal di manamana. Bahkan berkat
jasanya, tarling bisa sejajar dengan jenis kesenian
daerah lain seperti lenong Betawi dan ludruk Jawa
Timur,” ungkap Khaerul. Sementara itu, menurut
seniman dan budayawan Cirebon Noerdin M
Noer, Abdul Adjib merupakan seniman pertama
yang mengaransemen tarling menjadi seni
panggung hiburan yang enak dinikmati. ”Abdul
Adjib merupakan seniman yang mengantarkan
tarling klasik menjadi tarling populer,” kata
Nurdin.
Menurut Nurdin,pada 1950-an, masyarakat
menyebut seni khas Cirebon itu Melodi Kota
Udang. Grup-grup musik yang sudah sangat
tenar ketika itu, seperti Kelana Jaya pimpinan
Jayana dan Nada Budaya pimpinan Narto serta
sinden beken saat itu seperti Nyi Carini, Nyi
Suteni, Nyi Tarwi, dan Nyi Dariyem. Di tangan
Abdul Adjib, kata Nurdin, seni tradisional tarling
yang sebelumnya hanya mengandalkan
instrumen gitar dan suling (tarling) ditambah
dengan instrumen yang lebih lengkap. Dia juga
yang kemudian memunculkan gagasan untuk
memodifikasi tarling yang bukan lagi sekadar seni
musik, tetapi seni pentas yang merupakan
perpaduan antara seni tari, seni musik,dan seni
drama.
Dengan kreativitas dan penyajian yang
berbeda,tarling sejak 1970-an mulai mendapat
tempat di masyarakat Cirebon dan mulai meraih
popularitas.Tarling selalu dinanti pada saat pesta
pernikahan, khitanan,syukuran rumah baru
hingga pesta panen padi. ”Perpaduan yang
dilakukan menjadikan tarling menjadi lebih
variatif,tidak sekadar menghibur,tetapi bisa
memasukkan unsur pendidikan lewat drama dan
musik,”ujar Nurdin. Lebih dari 300 lagu tarling
telah diciptakan Abdul Adjib,antara lain yang
sangat populer adalah Penganten Baru, Sopir
Inden,Tukang Cukur, Kota Cirebondan sejumlah
lagu lainnya.
Namun,lagu yang menjadi master peace-nya
adalah Warung Pojok. Selain itu, Abdul Adjib juga
banyak menghasilkan karya-karya drama,seperti
drama Baridin menceritakan seorang pemuda
miskin yang cintanya ditolak oleh gadis cantik dari
keluarga kaya raya.Karya- karya Abdul Adjib
sangat populer di masyarakat, khususnya di
daerah pantura Jawa Barat. Maestro asal Cirebon
ini sudah menggeluti dunia seni tarling sejak
1964. Saat itu, Adjib yang masih berusia sangat
muda mendirikan grup tarling Putra Sangkala.
Namun karena bakat dan kerja kerasnya, dalam
waktu singkat dia bisa meraih popularitas.Pada
1968, Abdul Adjib menjuarai Festival Tarling se-
Karesidenan Cirebon, mengalahkan seniman
tarling yang sudah sangat populer saat itu, yakni
Narto dan Jayana.Meski berhasil meraih
popularitas, namun Abdul Adjib tetap sosok
sederhana.
Bahkan,meski hasil karyanya yang direkam di
piringan hitam, kaset hingga CD laris manis di
pasaran, dia tidak menikmati royalti karena
semuanya dijual putus. Di masa tuanya, Adjib
lebih banyak memberikan ceramah
keagamaandiberbagaimajelistaklim. Undangan
untuk memberikan ceramah tidak hanya datang
dari sejumlah kota di Jawa Barat,tetapi juga di
sejumlah daerah lainnya. (ibnu saechu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar