Jumat, 22 Juli 2011

sebait puisi..

Sesungguhnya dari retorika bahasa bisa berakibat
sihir.
Dari ilmu bisa menimbulkan kebodohan. Dan
sesungguhnya dari sebait syair banyak
mengandung hikmah.
Yang ditunggu rakyat dari seorang pemimpin
adalah merealisasikan janji yang sudah ia
ikrarkan. Jika tidak demikian, alangkah berdosanya
pemimpin itu. Melihat hal yang demikian, maka
sering rakyat menasihati sang pemimpin supaya
tidak gampang mengobral janji. Alangkah
beratnya orang yang berjanji dan bersumpah,
yang biasanya menggunakan retorika bahasa
yang membius. Dalam kehidupan rumah tangga,
kita sebagai orangtua pun sering dikritik oleh
anak-anak kita karena tidak amanat.
Hadis riwayat Abu Daud di atas bahkan
memperingatkan betapa rumitnya sebuah ilmu
itu sehingga kita perlu berhati-hati dalam
mempelajarinya. Seorang yang pandai tidak ada
jaminan untuk tidak tertipu, misalnya. Bodoh
terkecoh, pinter keblinger, adalah pepatah yang
menodong kita ketika kita tidak cukup jeli dalam
mengarungi lautan ilmu. Dari ilmu agama sampai
ilmu kimia nuklir, misalnya, semuanya itu
menuntut ekstra hati-hati kita. Bisa mendatangkan
kebahagiaan, namun bisa juga mengundang
bencana. Kita bisa salah, bisa tinggi hati, bisa
pesimistis, bisa pula sesat.
Kemudian Rasulullah memuji puisi, karena
sebagai ilmu, sajak atau syair itu mengandung
berbagai pelajaran tentang hidup. Sehingga sebait
puisi bisa menggaet banyak orang untuk
berlomba dalam kebaikan. Bahkan Presiden John
F. Kennedy meyakini bahwa jika politik kotor,
maka puisi membersihkannya. Subhanallah.
Nabi sendiri meski sehari-harinya sangat sibuk
mengurus ummat, beliau masih sempat
mengundang sejumlah penyair untuk
berdeklamasi di depan beliau. Rasulullah juga
meluangkan waktu menulis puisi. Dan puisi yang
kadang hanya sebaris kalimat itu, mampu
memberikan kearifan hidup yang bisa menerangi
jalan panjang sejarah manusia. Jalan panjang
yang kadang begitu misterius, yang kadang
sangat bengis, sering memberikan harapan yang
gilang-gemilang bagi kemenangan manusia lewat
puisi, seperti yang sudah dibuktikan para penyair
zaman dahulu hingga zaman kontemporer ini.
Kadang kemajuan suatu bangsa dapat diukur
lewat kemajuan puisi dan apresiasi terhadapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar