Sabtu, 28 Januari 2012

Punakawan Semar

KEPEMIMPINAN
PUNAKAWAN : Semar-
Gareng-Petruk-Bagong
CONTOH LEADERSHIP PUNAKAWAN
ABDI KINASIH KESATRIA PENDHAWA LIMA
KI LURAH SEMAR BADRANAYA, NALA
GARENG,
PETRUK KANTHONG BOLONG DAN KI LURAH
BAGONG
“Tanggap ing sasmita dan Limpat Pasang ing
Grahita, dan Cakra-Manggilingan”
“Pinangka mrih hamemayu hayuning bawana”
“Puna” atau “pana” dalam terminologi
Jawa artinya memahami, terang, jelas, cermat,
mengerti, cerdik dalam mencermati atau
mengamati makna hakekat di balik kejadian-
peristiwa alam dan kejadian dalam kehidupan
manusia. Sedangkan kawan berarti pula pamong
atau teman. Jadi punakawan mempunyai makna
yang menggambarkan seseorang yang menjadi
teman, yang mempunyai kemampuan
mencermati, menganalisa, dan mencerna segala
fenomena dan kejadian alam serta peristiwa
dalam kehidupan manusia. Punakawan dapat
pula diartikan seorang pengasuh, pembimbing
yang memiliki kecerdasan fikir, ketajaman batin,
kecerdikan akal-budi, wawasannya luas, sikapnya
bijaksana, dan arif dalam segala ilmu
pengetahuan. Ucapannya dapat dipercaya, antara
perkataan dan tindakannya sama, tidaklah
bertentangan. Khasanah budaya Jawa
menyebutnya sebagai “tanggap ing sasmita, lan
limpat pasang ing grahita”. Dalam istilah
pewayangan terdapat makna sinonim dengan
apa yang disebut wulucumbu yakni rambut yang
tumbuh pada jempol kaki. Keseluruhan
gambaran karakter pribadi Ki Lurah Semar
tersebut berguna dalam upaya melestarikan alam
semesta, dan menciptakan kemakmuran serta
kesejahteraan di bumi pertiwi.
Dalam cerita pewayangan Jawa,
punakawan tersebut dibagi menjadi dua
kelompok yang masing-masing memiliki peranan
yang sama sebagai penasehat spiritual dan politik,
namun masing-masing mengasuh tokoh yang
karakternya saling kontradiksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar