Sabtu, 28 Januari 2012

musafir kasmaran

aku bagaikan musafir yang kasmaran dengan
putri kerajaan.
mungkin lebih tepat jika aku mengatakan, aku
pengelana yang bodoh.
karena aku berharap lebih tanpa menyadari siapa
diriku.
karena aku berharap bisa menjadi pendamping
sang putri.
dan aku berharap bisa mencuri hati sang putri
dengan nyanyian dibawah istananya.
bodoh, bodoh sekali...
suaraku tak kan pernah sampai kehatinya.
tembok-tembok setinggi bukit menghalangi
suaraku.
jikalau terdengar, suaraku tak seindah nyanyian
malaikat.
suaraku parau karena terlalu lelah berkelana...
aku bagaikan musafir yang kasmaran dengan
putri kerajaan.
aku duduk memandangi tembok yang
memisahkan dunia kita.
begitu besar perbedaan ini, hingga rasa yang
kumiliki hanya membuat dadaku sakit.
baju yang melekat, tas kosong, dan gitar tua
adalah satu-satunya hal yang kumiliki di dunia ini.
apalagi yang bisa kutawarkan untukmu kecuali rasa
hangat yang ada didadaku.
aku bagaikan musafir yang kasmaran dengan
seorang putri kerajaan.
dan kini aku kehilangan akal sehatku.
aku memutuskan untuk mendaki tembok itu.
melewati beberapa penjaga, dan berlari menyusuri
lorong-lorong ingin menemukan dimana
ruanganmu berada.
aku harus menemukanmu secepatnya sebelum
penjaga menangkap dan menghukumku.
lalu....
aku menemukanmu...
kau berada di dalam ruangan yang sangat terang.
mataku sempat sakit karena gemerlap kemewahan
yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
di sana kau duduk memandangi lukisan seorang
pangeran dari kerajaan lain.
aku segera menyadari, bahwa dia adalah
kekasihmu yang jauh.
seorang pangeran...bukan seorang pengelana
miskin...
dan belum sempat aku menyatakan "betapa aku
mengagumimu".
para pengawal telah menyeret aku keluar dari
istana...
membuang aku di pinggiran kota dan memukuli
aku sejadi-jadinya.
aku bagaikan musafir yang kasmaran dengan
seorang putri kerajaan.
dan bukan hanya sekedar pengelana dalam sepi...
aku ternyata hanya pemuda yang tidak tahu diri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar