Sabtu, 28 Januari 2012

cungkring

3. Petruk Kanthong Bolong
Ki Lurah Petruk adalah putra dari Gandarwa Raja
yang diambil anak oleh Ki Lurah Semar. Petruk
memiliki nama alias, yakni Dawala. Dawa artinya
panjang, la, artinya ala atau jelek. Sudah panjang,
tampilan fisiknya jelek. Hidung, telinga, mulut,
kaki, dan tangannya panjang. Namun jangan
gegabah menilai, karena Lurah Petruk adalah
jalma tan kena kinira, biar jelek secara fisik tetapi ia
sosok yang tidak bisa diduga-kira. Gambaran ini
merupakan pralambang akan tabiat Ki Lurah
Petruk yang panjang pikirannya, artinya Petruk
tidak grusah-grusuh (gegabah) dalam bertindak,
ia akan menghitung secara cermat untung rugi,
atau resiko akan suatu rencana dan perbuatan
yang akan dilakukan. Petruk Kanthong Bolong,
menggambarkan bahwa Petruk memiliki
kesabaran yang sangat luas, hatinya bak
samodra, hatinya longgar, plong dan
perasaannya bolong tidak ada yang
disembunyikan, tidak suka menggerutu dan
ngedumel.
Dawala, juga menggambarkan adanya pertalian
batin antara para leluhurnya di kahyangan (alam
kelanggengan) dengan anak turunnya, yakni
Lurah Petruk yang masih hidup di mercapada.
Lurah Petruk selalu mendapatkan bimbingan dan
tuntunan dari para leluhurnya, sehingga Lurah
Petruk memiliki kewaskitaan mumpuni dan
mampu menjadi abdi dalem (pembantu)
sekaligus penasehat para kesatria.
Petruk Kanthong Bolong wajahnya selalu
tersenyum, bahkan pada saat sedang berduka
pun selalu menampakkan wajah yang ramah dan
murah senyum dengan penuh ketulusan. Petruk
mampu menyembunyikan kesedihannya sendiri
di hadapan para kesatria bendharanya. Sehingga
kehadiran petruk benar-benar membangkitkan
semangat dan kebahagiaan tersendiri di tengah
kesedihan. Prinsip “laku” hidup Ki Lurah Petruk
adalah kebenaran, kejujuran dan kepolosan dalam
menjalani kehidupan. Bersama semua anggota
Punakawan, Lurah Petruk membantu para
kesatria Pandhawa Lima (terutama Raden
Arjuna) dalam perjuangannya menegakkan
kebenaran dan keadilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar