Sabtu, 28 Januari 2012

nala gareng

2. Nala Gareng
Nala adalah hati, Gareng (garing) berarti kering,
atau gering, yang berarti menderita. Nala Gareng
berarti hati yang menderita. Maknanya adalah
perlambang “laku” prihatin. Namun Nala Gareng
diterjemahkan pula sebagai kebulatan tekad.
Dalam serat Wedhatama disebutkan gumeleng
agolong-gilig. Merupakan suatu tekad bulat yang
selalu mengarahkan setiap perbuatannya bukan
untuk pamrih apapun, melainkan hanya untuk
netepi kodrat Hyang Manon. Nala Gareng menjadi
simbol duka-cita, kesedihan, nelangsa.
Sebagaimana yang tampak dalam wujud fisik
Nala Gareng merupakan sekumpulan simbol
yang menyiratkan makna sbb:
Mata Juling:
Mata sebelah kiri mengarah keatas dan ke
samping. Maknanya Nala Gareng selalu
memusatkan batinnya kepada Hyang Widhi.
Lengan Bengkok atau cekot/ceko :
Melambangkan bahwasannya manusia tak akan
bisa berbuat apa-apa bila tidak berada pada kodrat
atau kehendak Hayng Widhi.
Kaki Pincang, jika berjalan sambil jinjit :
Artinya Nala Gareng merupakan manusia yang
sangat berhati-hati dalam melangkah atau dalam
mengambil keputusan. Keadaan fisik nala Gareng
yang tidak sempurna ini mengingatkan bahwa
manusia harus bersikap awas dan hati-hati dalam
menjalani kehidupan ini karena sadar akan sifat
dasar manusia yang penuh dengan kelemahan
dan kekurangan.
Mulut Gareng :
Mulut gareng berbentuk aneh dan lucu,
melambangkan ia tidak pandai bicara, kadang
bicaranya sasar-susur (belepotan) tak karuan.
Bicara dan sikapnya serba salah, karena tidak
merasa percaya diri. Namun demikian Nala
Gareng banyak memiliki teman, baik di pihak
kawan maupun lawan. Inilah kelebihan Nala
Gareng, yang menjadi sangat bermanfaat dalam
urusan negosiasi dan mencari relasi, sehingga
Nala Gareng sering berperan sebagai juru damai,
dan sebagai pembuka jalan untuk negosiasi.
Justru dengan banyaknya kekurangan pada
dirinya tersebut, Nala Gareng sering terhindar dari
celaka dan marabahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar