Minggu, 05 Februari 2012

kata wali neneku pahlawan..aku punya cerita tentang nenek semoga ini jg jadi pahlawan kelak

NENEK PEMUNGUT DAUN
Kiriman dari seorang sahabat, diambil dari
milis kisah hikmah :
Kisah ini membuat bulu kuduk saya
merinding. Perempuan tua dari kampung itu
bukan saja mengungkapkan cinta Rasul
dalam bentuknya yang tulus. Ia juga
menunjukkan kerendahan hati, kehinaan
diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah
swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki
kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak
dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat
bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa
lagi yang menjadi rahmat semua alam
selain Rasulullah saw?
Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik
Hikmahnya.
"Nenek Pemungut Daun"
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada
seorang nenek tua penjual bunga cempaka.
Ia menjual bunganya di pasar, setelah
berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia
pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia
berwudhu, masuk masjid, dan melakukan
salat Zhuhur. Setelah membaca wirid
sekedarnya, ia keluar masjid dan
membungkuk-bungkuk di halaman masjid.
Ia mengumpulkan dedaunan yang
berceceran di halaman masjid. Selembar
demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar
pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama ia membersihkan
halaman masjid dengan cara itu. Padahal
matahari Madura di siang hari sungguh
menyengat. Keringatnya membasahi
seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba
kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid
memutuskan untuk membersihkan
dedaunan itu sebelum perempuan tua itu
datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk
masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan
pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada
satu pun daun terserak di situ. Ia kembali
lagi ke masjid dan menangis dengan keras.
Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu
sudah disapukan sebelum kedatangannya.
Orang-orang menjelaskan bahwa mereka
kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan
kepadaku," kata nenek itu, "Berikan
kesempatan kepadaku untuk
membersihkannya."
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan
mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiai terhormat diminta untuk
menanyakan kepada perempuan itu
mengapa ia begitu bersemangat
membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua
itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua
syarat: pertama, hanya Kiai yang
mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia
itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih
hidup.
Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan
Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,"
tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang
kecil itu mungkin juga tidak benar saya
jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada
hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi
Muhammad. Setiap kali saya mengambil
selembar daun, saya ucapkan satu salawat
kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati,
saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya.
Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya
membacakan salawat kepadanya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar