Kamis, 01 Desember 2011

tinggalah dirumah untuk surgamu

Al ‘Allamah Kamaluddin Al Adhami -
semoga Allah merahmatinya- berkata,
“Tetap tinggal di rumah bagi seorang
perempuan adalah gerbang kebaikan,
yang memasukinya akan aman
kehormatannya, jiwanya, hartanya,
agamanya dan kemuliaannya. Rumah
adalah tempat yang paling mulia
untuk menjaga harga diri dan
kehormatan, karena ia dapat
menunaikan kewajiban rumah
tangganya, dapat memenuhi hak
suami dan anak-anaknya serta
menjalankan ajaran agamanya tanpa
disibukkan dengan berbagai kesibukan
di luar rumah. Bahkan ia punya waktu
luang untuk tetap beribadah,
membaca buku-buku agama dan
mempelajari akhlak yang sejati. Saat
itulah ia bisa menikmati lezatnya
hidup, ia juga akan bisa menyadari
bahwa kebahagiaan telah
menyelimutinya. Bagaimana tidak
demikian, Rabbnya telah ridha
kepadanya, suaminya puas
dengannya karena ia menjalankan
semua yang menjadi kewajibannya.
Kebahagiaan mana lagi yang lebih
besar bagi seorang perempuan dari
pada keridhaan Rabbnya dan
kepuasan suaminya. Hal ini sangat
berbeda dengan perempuan yang
suka keluar dan pergi dari rumahnya,
perempuan yang tidak betah tinggal di
rumahnya walau sesaat. Bahkan
sukanya pergi kesana kemari baik
malam maupun siang hari.
Berkumpul dan berbaur dengan
semua orang tanpa melihat apakah itu
mahram atau bukan, halal atau
haram. Bila pulang ke rumahnya
maka kepalanya sudah penuh
berbagai macam tuntutan dan
permintaan karena pengaruh apa
yang dilihat dan disaksikannya. Lalu ia
meminta uang kepada suaminya dan
kadang keadaan suaminya tidak
mampu memenuhi permintaannya
maka mulailah menyala api
perselisihan di antara keduanya.
Lantas ia pun tidak peduli dengan
urusan rumahnya, pendidikan anak-
anaknya, tidak menjalankan kewajiban
terhadap Rabbnya juga terhadap
suaminya. Ia pun melecehkan buku-
buku agama dan adab jika ia bisa
membaca dan menulis, bahkan ia
konsentrasi untuk membaca buku
murahan dan buku-buku vulgar, bila
dinasihati oleh suaminya maka ia
berbangga dengan dosa yang
dilakukannya malah ia akan
menyerang balik dengan mencaci dan
mencelanya.
Pada setiap saat kamu mendapatinya
sesak dadanya, picik pemikirannya
dan inilah balasannya dengan sebab
apa yang diperbuatnya. Allah Ta’ala
telah berfirman,
ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻋْﺮَﺽَ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮِﻱ ﻓَﺈِﻥَّ ﻟَﻪُ ﻣَﻌِﻴﺸَﺔً
ﺿَﻨْﻜًﺎ ﻭَﻧَﺤْﺸُﺮُﻩُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺃَﻋْﻤَﻰ
“Dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
(Qs. Thaha: 124)
Itu semua adalah akibat keluar dari
rumah dan tidak adanya keterikatan
dengan hukum syar’i. Dampak negatif
keluar dari rumah dan tidak menetap
di dalamnya yang pertama kali
nampak adalah melecehkan dan
meremehkan kenikmatan yang ada
padanya, menganggap suaminya
dengan sebelah mata karena ia telah
melihat kehidupan yang lebih enak
dari pada yang dialaminya dan
mulailah ia mencela suaminya, apalagi
kalau suaminya lebih tua atau
terlambat memberikan nafkahnya.
Lalu akan merangkaklah bibit
pertengkaran dan percekcokan yang
kadang bisa mengantarkan kepada
perceraian dan perpisahan, dan pada
saat itulah rumah tangganya menjadi
berantakan dan hidupnya menjadi
hancur.
Perempuan yang tetap tinggal di
rumahnya, akan kamu lihat ia berada
dalam puncak kenikmatan dan
berdampingan dengan suaminya
yang terbaik. Matanya tidak jelalatan
kepada selain suaminya, ia tidak
mengingkari kenikmatan yang
diberikan oleh suaminya walau pun
sedikit. Tidak ada celah bagi setan
untuk menciptakan perselisihan di
antara keduanya. Keduanya hidup
bersama dengan penuh kebahagiaan
dan kecerahan hidupnya diridhai,
semua itu adalah berkah dari tetap
tinggalnya seorang perempuan di
rumahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar